Posts Tagged ‘ Jagoan ’

Jagoan Baru dari SMA 1

Jagoan Baru dari SMA 1

Dunia pendidikan kembali heboh, setelah beredarnya video terbaru pertarungan unik pelajar wanita (siswi) SMA Negeri 1 Kupang, Nusa Tenggara Timur beberapa hari belakangan ini. Sangat unik, karena petarung yang sedang berlaga di hadapan puluhan penonton pria (termasuk beberapa siswa) adalah dua pasang pelajar wanita. Suatu pemandangan yang tidak lazim seperti yang biasa kita pernah saksikan. Sejak kapan wanita yang biasa dikenal sebagai makhluk lemah lembut dan penuh kasih itu berubah bagaikan seorang gladiator di tengah ring pertandingan. Lebih membuat kita tak habis pikir adalah sikap orang-orang yang ada di sekitar TKP yang seolah menjadikan adegan duel tersebut sebagai tontonan seru dan tidak boleh dilewatkan. Bahkan beberapa siswa pria tenang saja mengambil gambar dengan hp-nya untuk mendokumentasikan adegan langka tersebut. Walaupun ada pihak yang sudah mencoba melerai, tapi tetap saja baku hantam ini berlanjut seolah pelakunya ingin aksi mereka menjadi santapan publik untuk dinikmati saat itu.

Seandainya kasus ini sudah berjalan lama (mudah-mudahan tidak) dan baru terekspos saat ini, berarti sudah begitu banyak para siswi yang begitu berbakat di dunia “olah otot” yang semakin sulit mencari jurusan yang sesuai dengan bakatnya sehingga tak sabar untuk membuka jurusannya sendiri di pinggir jalan. Yang kita khawatirkan justru akibat dari “pelajaran aneh” yang diajarkan dan dipertontonkan kakak kelasnya, para adik kelasnya akan ikut ambil bagian karena sudah dianggap menjadi ritual yang membanggakan mereka. Bagimana, jadinya kalau praktek semacam ini akan menjadi trend di kalangan pelajar wanita dan menjadi cikal bakal duel partai besar antar siswi (tawuran) di masa yang akan datang.

Belum terlambat sepertinya jika para pihak terkait sejak dini melakukan langkah-langkah yang bijaksana dan tepat solusi dalam mengatasi berkembangnya budaya yang membuat malu dunia pendidikan kita. Beberapa langkah yang sepertinya dapat menghentikan atau setidaknya berusaha untuk tidak membiarkan praktek duel bebas ini terus berlanjut, dapat diusahakan oleh pihak-pihak terkait melalui peran-peran yang dimilikya, seperti orang tua, guru dan masyarakat.

Peran Orang

Tua Orang tua adalah pihak yang sangat diharapkan pengawasan dan bimbingannya. Jika di sekolah pengawasan dewan guru tidak maksimal karena keterbatasan waktu, maka orang tualah yang diharapkan mampu mengawasi putra-putrinya, baik ketika di dalam maupun di luar rumah. Sedikit memperketat izin keluar rumah terkadang diperlukan daripada harus menaggung resiko lebih besar di kemudian hari. Bahkan kecurigaan mesti dimiliki orang tua jika anaknya keluar rumah tanpa izin dan prilakunya mencurigakan.

Peran Guru

Guru hendaknya memberikan perhatian pula terhadap prilaku siswanya disamping perhatian akademiknya. Perhatian yang cukup dan pemberian peluang terhadap penyaluran bakat dan keterampilan berupa kegiatan ekstrakulikuler, sedikit banyak dapat menekan penyaluran bakat yang tidak tepat arah. Di samping itu, yang lebih penting lagi, sekolah lebih intens dalam memasukkan nilai-nilai agama dalam setiap kesempatan belajar siswa sebagai bentuk pembekalan dasar norma agama para siswanya.

Peran Masyarakat

Inilah control social yang tidak boleh diabaikan. Bentuk peran masyarakat dapat berupa sesuatu yang sederhana, yakni tidak memberikan satu ruang pun untuk praktek-praktek yang mengarah kepada bentuk-bentuk pelanggaran norma dan kepatutan siswa dalam setiap kesempatan. Masyarakat jangan ragu pula untuk menegur atau setidaknya melaporkan prilau-prilaku yang diangggap tak terpuji kepada pihak-pihak terkait.

Yang jelas, kita tidak ingin melihat generasi-generasi berikut menjadi generasi yang garang untuk sebuah negeri yang dikenal ramah ini. Cukuplah kasus geng motor perempuan beberapa waktu yang lalu menjadi pelajaran bagi kita, untuk dapat mencegah aksi premanisme perempuan siapapun, termasuk pelajar. Wallahu A’lam